Mesjid Di Runtuhkan Di Angola |
Bantahan itu muncul setelah Menteri Kebudayaan Angola, Rosa Cruz e Silva menyebut, legalisasi Islam belum disetujui dan semua masjid di negaranya ditutup. ”Legalisasi Islam belum disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia. (Dan) masjid mereka akan ditutup sampai pemberitahuan lebih lanjut,” kata Silva.
Tak hanya menteri, Presiden Angola, Jose Edurado dos Santos juga membenarkan klaim menterinya itu. ”Ini adalah akhir dari pengaruh Islam di negara kita,” kata Santos.
Namun, para tokoh di Angola menetralisir klaim yang membuat Angola jadi sorotan seluruh media dunia itu. ”Tidak ada perang di Angola untuk melawan Islam atau agama lain,” kata Manuel Fernando , direktur Institut Nasional untuk Urusan Agama, yang merupakan bagian dari Kementerian Kebudayaan,, seperti dikutip al-Jazeera.
David Ja, juru bicara Muslim lokal, menantang klaim pemerintah yang menyatakan masjid-masjid di negara itu telah ditutup.
Sementara itu, Ahmed Ould Taher, seorang saksi di Provinsi Uige (Carmona) mengatakan kepada al-Jazeera, bahwa masjid yang ditutup merupakan masjid yang dibangun oleh komunitas ekspatriat dari Afrika Barat dan Afrika Utara.
”Memang benar bahwa, beberapa masjid telah hancur dan yang lainnya ditutup dalam beberapa bulan terakhir. Sebagian besar masjid yang hancur itu dibangun tanpa izin pemerintah. Dua masjid yang berwenang di Luanda masih beroperasi tanpa masalah. Saya belum mendengar adanya keputusan resmi pemerintah yang melarang Islam atau melarang salat di masjid-masjid,” kata Taher.
Klaim Pemerintah Angola yang sebelumnya melarang Islam telah memicu reaksi sejumlah negara. Di Mesir, mufti Shawqi Allam mengatakan langkah tersebut akan menjadi "provokasi tidak hanya untuk umat Islam Angola, tetapi juga lebih dari 1,5 miliar Muslim di seluruh dunia”.